Kali ke berapa entah, kita berbalah kembali.
Bercakaran pada kata yang semakin mati, hati yang semakin
lali, jiwa yang semakin iri, kaki yang sudah tidak cekap berdiri.
Ada kalam yang pecah pada gentian titip rasa.
Putus pada ilham genta, melodinya seribu oktaf mendiam
kepada bisu yang malap.
Malam-malam yang panjang, gelap yang belum mencumbu siang;
Kala itu yang menemu dalam dinding empat segi adalah udara
hangat, kita dan sebuah dusta.
Yang parah bila bersama hanya kita
Yang padah kalau kita berpisah tentunya kita
Pada malam kita bentang langit permata
Kita berbaring dalam perdu buluh
Menanti-nanti titiknya suria pagi mengganti bulan dalam
rangkulan kasih
Bila terbit cahaya pagi
Mega berpuput malu
Membawa semusim sengsara dan derita yang tentu juga
mencengkam kita, masih
Aku masih tersipu bila kita bertemu, disemukan merah oleh
cerita yang lalu
Malu – bukan selalu dada dingilu haru.
Biarkan dingin membeku emosi yang celaru
Biarkan api mendebu mimpi yang palsu
Tulus hati itu dikumat sesuatu yang biru
Dan kemahuan jiwa itu bukan sesuatu yang baru
No comments:
Write curses